Ratapanku Jadi Tarian

Banyak penafsir yang mengaitkan Mazmur ini dengan kisah dihajarnya bangsa Israel oleh Tuhan akibat kesombongan Daud yang mengadakan sensus penduduk untuk mengukur kekuatan bangsa Israel. Singkat cerita Allah mengirim Gad untuk menegur Daud serta menyampaikan pilihan hukuman untuk bangsa Israel. Daud kemudian bertobat melihat seluruh rakyatnya menderita. (1 Taw. 21:16)

Bagian penutup sering kali digunakan sebagai kata penghibur dan penguat di kala kedukaan atau kesulitan. Kata meratap (ratapan) yang dimaksud oleh pemazmur secara hurufiah memang mengartikan sebuah ekspresi kesedihan yang mendalam akibat kehilangan/kematian. Dalam tradisi orang Israel, meratap untuk kepergian salah satu anggota keluarga ditandai dengan mengoyakkan pakaian yang dikenakan kemudian mengenakan kain kabung, disertai dengan masa berkabung mulai dari 7 hari hingga 30 hari.

Kata Tarian merupakan ekspresi spontan dari sukacita, khususnya dalam konteks bangsa Israel. Seakan belum cukup menggambarkan transformasi yang sedemikian kontradiktif, Daud memberikan perbandingan lain berupa kain kabung dan kain sukacita yang di ikatkan di pinggang oleh Tuhan. Transformasi yang radikal dari kedukaan menjadi sukacita ini tentu saja memerlukan proses. Untuk dapat mengalami transformasi radikal ini, kita perlu berdamai dengan TUHAN.

Tuhan sudah merancangkan sebuah rancangan keselamatan bagi kita semua. Ketika kita menyambut rancangan keselamatan dari Tuhan melalui Kristus Yesus, kita sudah berdamai dengan TUHAN. Tetapi yang sering terjadi adalah pada saat kita menerima TUHAN dalam hidup kita, kita tidak mengakui kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Secara tubuh jasmani, kita manusia lebih senang memegang kendali. Kita perlu berserah, dalam arti bahwa hidup kita ada dalam rancangan Tuhan yang sering kali tidak kita mengerti. Kita perlu LET GO & LET GOD!

Ketika rencana kita tidak berakhir sesuai dengan yang kita harapkan, sering kali kita menyalahkan Tuhan dan bahkan meninggalkan Tuhan. Daud mengalami hal ini. Ketika rencananya mendatangkan hukuman dari Tuhan, Ia bertobat dan berdamai dengan Allah (mengakui kesalahannya dan menerima hukuman). Kita harus percaya pada rancanganTuhan saja, karena hanya Tuhan yang memimpin hidup kita dan mengarahkan umat-Nya ke jalan yang sempurna. biarkan Dia yang mengatur segalanya agar rencanaNya yang terbaik terjadi pada hidup kita. Bagaimanapun keadaaan kita saat ini berserahlah penuh pada-Nya. Seringkali manusia tidak dapat memahami akan jalannya Tuhan, sebab rancangan Dia berbeda dengan keinginan manusia, tetapi dibalik itu semua kita harus belajar untuk taat akan kehendak-Nya. agar Tuhan menyatakan rencana-Nya yang terbaik. Ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak dan angan-angan kita, ingatlah bahwa ada Tuhan yang mengendalikan semuanya.

Ketika kita sudah memilih untuk hidup dalam rencana-Nya jangan pernah takut, tetapi tetaplah setia dan mengikuti jalan Tuhan sampai rencana-Nya dinyatakan. Saat rencana-Nya menjadi indah pada waktu-Nya dan kita berhasil mengerti, di saat itulah ratapan kita berubah menjadi tarian. Ketika kain kabung yang kita kenakan kemudian terkoyak diganti menjadi kain sukacita yang diikatkan oleh Tuhan.

Daud menutup pasal 30 ini dengan mengingatkan kita semua alasan yang terutama untuk transformasi Tuhan dalam hidup kita yaitu untuk terus bersyukur kepada Tuhan yang telah berkarya dalam hidup kita. Karya Tuhan melalui Daud membawa Daud memuji dan memuliakan Tuhan. Daud mengecap semua anugerah Tuhan, tetapi semua itu adalah untuk kemuliaan Tuhan. Tuhan memiliki rencana khusus agar dalam mentransformasi hidup kita agar nama Tuhan dimuliakan. Bukan hanya sekali, tetapi terus menerus dan untuk selama-lamanya. Biarlah kita dapat betul-betul berdamai dengan Tuhan, sehingga kita senantiasa dapat mengenakan sukacita dalam hidup kita dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan.

Apapun yang sedang terjadi atau yang akan terjadi dalam kehidupan kita: kegagalan, pergumulan, tantangan dan hambatan, ingatlah bahwa kita perlu berdamai dengan Allah dengan membiarkan Ia memegang kendali hidup kita. Dengan demikian kita akan mengalami transformasi dari meratap menjadi menari, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui perubahan dalam hidup kita.

You might also enjoy

Kelemahlembutan Ayah

Kelemahlembutan seringkali diidentikkan dengan kepribadian seorang wanita yang keibuan. Padahal