Umumnya orang tua menganut nilai-nilai/konsep-konsep yang salah dalam mendidik anak-anak. Ini disebabkan karena kita adalah manusia berdosa yang banyak menyerap nilai-nilai/konsep-konsep yang salah dari dunia. Konsep-konsep / nilai-niali yang salah:
- Tidak boleh kalah dengan orang lain (persaingan). Nilai ini membuat anak tidak bisa menghargai keunggulan orang lain. Tuhan tidak menciptakan anak-anak untuk bersaing dengan orang lain, tetapi untuk berpotensi mengasihi orang lain.
- Kesuksesan diukur dari materi, sehingga orang tua tidak memperhatikan unsur-unsur lainnya: seperti kebahagiaan anak, karakter, kerohanian, dan sebagainya.
Apa kata Alkitab tentang mendidik anak?
- Anak adalah karunia Tuhan yang dititipkan kepada kita (ay. 3). Dapat memiliki anak itu bukan suatu keharusan, karena banyak pasangan yang tidak dikaruniakan anak. Kalau pasangan mempunyai anak, itu merupakan anugerah Tuhan yang dititipkan kepada kita (“buah kandungan adalah upah/hadiah dari Tuhan”). Anak bukan miliki kita sepenuhnya, ia adalah milik Tuhan yang diititipkan kepada kita.
- Apa tujuan Tuhan mempercayakan anak-anak kepada kita? Mendidik anak untuk takut kepada Tuhan (Ul. 6:1-2). Ketika dikaruniakan anak, Tuhan tidak memberi kita “buku manual” bagaimana mendidik setiap anak, namun Tuhan memberikan petunjuk umum kepada kita yaitu agar orang tua mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak agar mereka takut akan Tuhan. Anak-anak bukan dididik untuk takut orang tua. Firman Tuhan harus diajarkan berulang-ulang, dengan kata lain kehidupan orang tua itu adalah kehidupan yang bersaksi tentang Tuhan kepada anak-anak (Ul. 6:7).
Implikasinya bagi kita:
- Tidak menjadi “tuhan” atas anak-anak kita. Tanpa sadar kita menjadi “tuhan” bagi anak-anak kita, bukan “wakil” Tuhan. Ini berarti kita menempatkan Tuhan di atas kita dan anak-anak kita, dan orang tua menjadi wakil Tuhan bagi anak-anak. Orang tua sering mencetak masa depan anak sesuai dengan apa yang orang tua inginkan, bukan apa yang Tuhan rencanakan. Kalau anak-anak adalah milik Tuhan dan orang tua hanya sebagai wakil Tuhan, maka kita harus mendorong anak-anak untuk menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka. Orang tua cenderung mencetak anaknya seperti yang ia inginkan, tetapi yang berbahagia adalah anak yang orang tuanya selalu mengarahkan untuk melihat apa yang Allah inginkan.
- Mendidik anak itu bukan investasi, melainkan pengabdian. Ketika orang tua mendidik anak yang dititipkan oleh Tuhan, itu adalah pengabdian orang tua kepada Tuhan (beban yang manis). Orang tua tidak seharusnya menuntut anak untuk balas budi, tetapi mendidik mereka takut akan Tuhan. Ketika anak dapat membalas budi orang tua, itu adalah bonus yang orang tua dapatkan.