Dari Nats 2 Tim. 3:14-16, ada 2 hal yang ditekankan oleh Rasul Paulus kepada Timotius, yakni soal mengingat:
- Mengingat orang yang telah mengajarkan kebenaran kepada Timotius
Siapakah orang yang telah mengajarkan kebenaran tersebut kepada Timotius? Selain Rasul Paulus, ada 2 orang lagi yang punya peran penting dalam pertumbuhan iman Timotius (1:5). Neneknya Lois dan ibunya Eunike. Ibu Timotius adalah seorang Yahudi yang menikah dengan orang Yunani. Meskipun orang Yahudi, Alkitab mencatat bahwa Eunike, ibunya dan Lois neneknya telah memiliki iman percaya kepada Yesus Kristus. Kalau ibu yang mengajar anaknya, itu sudah biasa, karena itu kewajiban seorang ibu dalam membesarkan anaknya. Yang tidak biasa adalah ternyata neneknya Lois juga punya peran yang penting dalam pertumbuhan iman Timotius hingga namanya dicatat di dalam surat Paulus.
Lois, neneknya Timotius meskipun sudah masuk usia yang tidak produktif lagi, tapi dia bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi Timotius, ia masih bisa membagikan imannya kepada Timotius. Pengajaran tersebut bisa diserap olehTimotius yang masih kecil, saya yakin itu tidak terlepas dari pribadi dari orang yang mengajar tersebut. Jika nenek Timotius orang yang suka marah-marah, suka mengeluh, suka kritik sana sini, suka menjelek-jelekkan orang lain, tidak pernah bersyukur,selalu mencari kesalahan orang lain, saya yakin, Timotius pasti akan jaga jarak dengan nenek yang demikian. Mengapa Timotius bisa menyerap iman dari neneknya, karena Lois memberikan teladan yang baik kepada Timotius.
Hari begini untuk menanamkan iman kepada anak cucu kita atau kepada orang-orangyang lebih muda dari kita, sudah tidak bisa dengan perkataan saja. Teladan hidup memegang peranan yang cukup penting dalam membawa anak-anak kita dekat kepada Tuhan. Jadi Timotius diminta untuk mengingat orang yang telah mengajarkan kebenaran tersebut supaya Timotius juga bisa seperti mereka menjadi teladan bagi orang-orang yang akan dia ajar.
- Mengingat bahwa hanya Kitab Suci yang dapat memberi hikmat dan menuntun iman Timotius kepada Yesus Kristus.
Rasul Paulus di dalam surat tsb menekankan kepada Timotius, bahwa Iman itu bertumbuh dalam pembacaan Kitab Suci, karena Kitab Suci adalah tulisan yang diilhamkan Allah yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Ketika membaca alkitab kita bisa merasakan bosan, engan atau malas, jangan-jangan kasih kita ke Bapa memang sudah mulai berkurang. Alkitab ini sama seperti surat cinta Bapa di surga kepada kita. Jika kita membaca dengan hati yang penuh kerinduan ingin bertemu dengan Bapa, maka kita akan mendapatkan banyak penghiburan, janji, nasehat, teguran,larangan dan hukuman yang bisa menolong kita menghadapi ujian hidup ini yang penuh dengan kejutan dan ketidakpastian. Jika kita membaca Alkitab, karena terpaksa, karena tugas dari kelas katekisasi, atau karena terlanjur masuk grup baca Alkitab, maka cepat atau lambat, kita akan merasakan kebosanan dan merasa buang waktu baca alkitab karena tidak pernah mendapatkan apa-apa.
Firman Tuhan kita baca, kita renungkan, karena kita mengasihi pribadi yang mengilhami penulisan kitab Suci tersebut. Ada kerinduan yang mendalam, ada kehausan yang luar biasa untuk mengenal, mengasihi Allah serta mendengarkan suara Allah melalui pembacaan Firman Tuhan. Bagaimana caranya supaya saya bisa jatuh cinta lagi kepada Tuhan? Allah berjanji bahwa diri-Nya berkenan ditemukan oleh mereka yang tekun mencari Nya: ”Aku mengasihi orang yang mengasihi Aku, dan orang yang tekun mencari Aku akan mendapatkan daku” (Amsal 8:17). Yang dibutuhkan bukan saja kemauan untuk belajar, tapi juga kesediaan untuk bertumbuh dan keluar dari zona nyaman.
Tekun itu lahir dari hati yg mengasihi Tuhan. Ketekunan dalam menjalankan kebenaran yang sudah kita terima dan kita yakini, hanya akan terjadi, jika kita benar-benar mengasihi Tuhan yang telah lebih dulu mengasihi kita. Apakah engkau benar-benar telah mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu? Gumulkanlah akan hal itu.