Perikop ini (1 Sam. 12:20-25) merupakan bagian dari pidato perpisahan Samuel dengan bangsa Israel. Samuel mengatakan bahwa dirinya sudah lanjut usia dan sudah melayani Allah dan bangsa Israel sejak usia muda (ay. 2); melayani dengan integritas (tidak menerima suap, ay. 3-5); ia menyampaikan kembali kesetiaan Allah atas bangsa Israel serta ketidaksetiaan dan ketidaktaatan bangsa Isreal kepada Allah (ay. 6-19); memberikan berbagai nasihat; dan sebagai penutup mengatakan bahwa ia akan terus mendoakan mereka (ay. 23). Samuel tidak berhenti mendoakan bangsa Israel, karena jika ia berhenti maka ia akan berdosa kepada Allah. Mengapa Samuel “berani” mengatakan seperti ini? Definisi dosa bukan hanya merupakan pelanggaran kepada perintah / hukum Allah, melainkan juga sesuatu yang melenceng dari rancangan / tujuan yang sudah ditetapkan dari awal (dalam bahasa Ibrani kata khataah dan kata hamartia dalam bahasa Yunani yang berarti “dosa” memiliki arti ini). Dalam arti inilah Samuel mengatakan hal tersebut:
- Samuel menyadari bahwa rancangan Allah dalam dirinya adalah untuk melayani bangsa Israel melalui doa. Selain sebagai hakim (7:15) dan nabi (3:20), Samuel juga melayani sebagai imam. Imam adalah orang yang ditunjuk dan diberi hak istimwa oleh Allah untuk membawa persembahan korban bakaran dan doa bangsa Israel kepada Allah. Namun setelah tabir bait Allah (tabir yang menutupi ruang Mahakudus) terbelah karena kematian Yesus Kristus, maka setiap orang percaya dapat datang langsung kepada Allah bukan lagi melalui perantara imam, melainkan melalui Kristus. Selain itu, Petrus juga mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah imamat rajani (1 Ptr. 2:9), yang menandakan bahwa setiap kita adalah imam di hadapan Allah. Setiap orang percaya dirancang untuk mendoakan sesamanya, baik di keluarga, gereja maupun di masyarakat. Allah menetapkan kita untuk menjadi pendoa syafaat bagi sesama.
- Samuel menyadari rancangan Allah dalam dirinya adalah untuk mengasihi bangsa Israel melalui doa. Dalam usia yang sudah lanjut dan keterbatasan fisik, Samuel mengasihi Allah dan bangsa Israel dengan cara mendoakan mereka. Doa merupakan salah satu bentuk mengasihi sesama ketika kita tidak dapat melakukan hal yang lain. Doa dapat dilakukan oleh siapapun, di manapun dan kapanpun.
- Samuel menyadari bahwa ia ada dan melayani di dunia bukan lain karena doa. Samuel lahir karena ketekunan dan kuasa doa dari ibunya, Hana yang mandul, dan Allah mengabulkannya. Demikian halnya dengan kita yang bisa ada seperti sekarang ini pasti karena doa orang-orang. Namun ada 1 Pribadi yang selalu mendoakan kita, yaitu Yesus Kristus yang adalah Imam Besar kita dan yang bertakhta di surga sekarang (Ibr. 8:1-2). Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat kita masih melayani dan mengasihi kita dengan terus mendoakan kita, apalagi kita yang ditebus oleh darah-Nya, maka seharusnya kita juga mendoakan sesama kita. Yesus melalui Roh Kudus terus menggerakan kita untuk saling mendoakan.